SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN
DOSEN:
Prof.
Dr. Ir. H. Hapzi Ali, MM
DISUSUN
OLEH
DIHAN
ARCHIKA
43215010036
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah
suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang
saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten
dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari akuntansi keuangan dan
laporan keuangan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui
fundamentals (kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai
akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian,
dan keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan
pengukurannya, cara meringkas serta mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
Kerangka kerja konseptual
(conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan
konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas-
batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan Tujuan dari pelaporan
keuangan menurut SFAC NO. 1 (Statement of Financial Accounting Concepts) :
Pelaporan keuangan memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor dan
kreditor, dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan
yang serupa secara rasional. Informasi tersebut harus bersifat comprehensive
bagi mereka yang memiliki pemahaman yang rasional tentang kegiatan bisnis dan
ekonomi dan memiliki kemauan untuk memelajari informasi dengan cara yang
rasional.
Kerangka Konseptual dan Pelaporan
Keuangan merupakan hal penting yang sangat perlu dipelajari dalam memahami Teori
Akuntansi, oleh karena itu marilah kita tingkatkan pengetahuan dan
pemahaman kita agar mampu
mengaplikasikan dalam dunia praktek nantinya.
KERANGKA
KERJA KONSEPTUAL
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework)
didefinisikan oleh FASB sebagai :
“a
coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to
lead to consistent standards and that prescribes the nature, function, and
limits of financial accounting and reporting”.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah
suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang
saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten
dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari akuntansi keuangan dan
laporan keuangan
Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan
keuangan. Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep
yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan
transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan,
pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta mengkomunikasikannya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental,
artinya bahwa konsep-konsep lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut
yang diperlukan sebagai referensi berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan,
dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan pelaporan.
Kebutuhan
akan Kerangka Kerja Konseptual
1. Kerangka
kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan
keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar
laporan keuangan perusahaan.
2. Masalah-masalah
yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada kerangka teori
yang telah ada
Perkembangan Kerangka Kerja
Konseptual FASB (Financial Accounting Standard Board) telah menerbitkan enam
statement of financial accounting concept yang berhubungan dengan pelaporan
keuangan entitas bisnis, yaitu:
·
SFAC
no. 1 “objective of financial reporting by business enterprises”, yang
menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
·
SFAC
no. 2 “qualitative caracteristics of accounting information”, yang menjelaskan
karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
·
SFAC
no. 3 “element of financial statement of business enterprises”, yang memberikan
definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan seperti aktiva,
kewajiban, pendapatan dan beban.
·
SFAC
no. 5 “recognition and measurement in financial statement of business
enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental
serta pedoman tentang informasi.
·
SFAC
no. 6 “element of financial statement”, yang menggantikan SFAC no. 3 dan
memperluas SFAC no. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.
·
SFAC
no. 7 “using cash flow information and present value in accounting
measurement”, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa depan
yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran
TINGKAT
PERTAMA: TUJUAN DASAR
·
Tujuan
pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk menyediakan
informasi:
1)
yang
berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis
dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit;
2)
untuk
membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial, serta
pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa
depan;
3)
tentang
sumber daya ekonomi, klaimterhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di
dalamnya.
·
Tujuan(objectives)
dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang berguna bagi para
investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu menyempit pada
kepentingan investor dan kreditor atas prospek penerimaan kas dari investasi
mereka dalam, atau dari pinjaman yang telah mereka berikan ke entitas bisnis.
Pada akhirnya, tujuan berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan informasi
yang berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima entitas bisnis
yaitu arus kas yang menjadi harapan investor dan kreditor. Pendekatan ini
dikenal sebagai kegunaan keputusan (decision usefulness).
·
Dalam
menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntan
mengandalkan laporan keuangan bertujuan-umum(general-purpose financial statement),
yaitu menyediakan informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal kepada
berbagai kelompok pemakai
TINGKAT KEDUA : KONSEP-KONSEP FUNDAMENTAL
Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
Agar berguna
dalam pengambilan keputusan (decision usefulness), informasi akuntansi harus
memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja
terdapat beberapa kendala untuk mencapai dua kualitas tersebut.
Kualitas Primer
Relevansi
(relevance) dan keandalan (reliability) harus melekat pada informasi akuntansi.
1.
Relevansi.
Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam sebuah
keputusan. Informasi itu mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan berkaitan
erat dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut
dikatakan tidak relevan. Informasi yang
relevan harus memiliki nilai umpan balik (feed-back value), yakni mampu
membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu. Informasi juga harus
memiliki nilai prediktif (predictive value) yakni dapat digunakan untuk
memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Selain
itu kualitas relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu (timeliness).
Informasi harus disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu kehilangan
kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.
2.
Keandalan.
Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara tepat serta bebas
dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat diperlukan bagi
individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk
mengevaluasi isi faktual dari informasi.
Realibilitas
sangat diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki waktu atau
keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi.
ü Daya Uji
(verifiability): ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan
menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa.
ü Ketepatan
penyajian (representational faithfulness): angka-angka dan penjelasan dalam
laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar ada dan terjadi.
ü Netralitas(neutrality):
informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok pemakai tertentu.
Info yang disajikan harus faktual, benar dan tidak bias
3.
Keberdayaujian
(verifiability). Informasi harus dapat diuji kebenarannya. Dapat diujinya
kebenaran informasi akuntansi berdasar pada keobyektifan dan konsensus. Contoh,
keandalan informasi harga perolehan fixed assets harus diuji berdasar data masa
lalu yang terekam pada faktur (keobyektifan). Tetapi keandalan informasi
tentang depresiasi aktiva tetap itu adalah berdasarkan konsensusa mengenai
metode depresiasi yang digunakan, taksiran nilai residu, dan taksiran umur
ekonomis.
4.
Kenetralan
(neutrality). Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi tujuan berbagai
kelompok pemakai. Oleh karena itu harus bebas dari usaha-usaha untuk memberikan
keuntungan lebih kepada kelompok tertentu.
5.
Kejujuran
penyajian (representational faithfulness). Penyajian yang jujur berarti adanya
kesesuaian antara fakta dan informasi yang disampaikan.
Kualitas
Sekunder
Kualitas sekunder yang harus
dimiliki informasi akuntansi adalah keberdayabandingan (comparability) dan konsistensi
(consistency).
a.
Keberdayabandingan. Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat
jika dapat dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain
dalam satu industri (perbandingan horizontal) atau membandingkan perusahaan
yang sama untuk periode yang berbeda (perbandingan vertikal). Jadi diperlukan
standar dan ukuran tertentu.
b.
Konsistensi. Sebuah entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan standar
akuntansi apabila mengaplikasikan
perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang sama untuk kejadian-kejadian
serupa, dari periode ke periode.
Kendala-kendala.
Terdapat dua kendala yang mempengaruhi tercapainya
kualitas informasi seperti yang telah dijelaskan, yaitu pertimbangan
manfaat-biaya dan tingkat materialitas. Dua kendala lainnya yang kurang dominan
tapi merupakan bagian dari lingkungan pelaporan adalah praktek industri dan
konservatisme.
1)
Pertimbangan
manfaat-biaya (cost-effectiveness). Untuk menghasilkan informasi yang
relevan,andal, berdaya banding, dan konsisten dibutuhkan biaya yang mahal. Oleh
karena biaya dan terutama manfaat tidak mudah diukur, maka mempertimbangkan hubungan
manfaat-biaya menjadi masalah
2)
Materialitas
(materiality) berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika
pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian
seorang pemakai laporan keuangan. Baik faktor-faktor kuantitatif maupun
kualitatif harus dipertimbangkan dalam menentukan apakan suatu item material
atau tidak.
3)
Praktik
industri.(industry practices) Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan terkadang memerlukan
penyimpangan dari teori dasar.
4)
Konservatisme
(conservatism) berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil
kemungkinannya dalam menghasilkan penetapan laba dan aktiva yang terlalu tinggi.
Tujuan dari konvensi ini, jika diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan
pedoman yang paling rasional dalam situasi sulit : jangan menyajikan angka laba
bersih dan aktiva bersih yang terlalu tinggi.
Elemen - elemen Dasar Laporan Keuangan
Salah
satu aspek penting dalam pengembangan struktur teori adalah penentuan
elemen-elemen laporan keuangan. Ada 10 elemen utama laporan keuangan (Efraim
Ferdinan Giri: 1993) yaitu :
1.
Aktiva
( assets )
Yaitu manfaat ekonomik yang mungkin dimiliki atau
dikendalikan oleh perusahaan tertentu di masa yang akan datang, sebagai hasil
kejadian masa lalu.
2.
Kewajiban
( liabilities )
Yaitu manfaat ekonomik yang mungkin dikorbankan dimasa yang
akan datang yang timbul dari kewajiban kini suatu perusahaan untuk mentransfer
aktiva atau memberikan jasa kepada perusahaan lain, sebagai hasil kejadian atau
transaksi masa lalu.
3.
Ekuitas
( equity )
Yaitu kepentingan residu terhadap aktiva suatu entitas yang
dihasilkan dari pengurangan aktiva dengan kewajiban.
4.
Investasi
Yaitu kenaikan dalam aktiva bersih perusahaan tertentu yang
dihasilkan dari transfer sesuatu yang memiliki nilai dari perusahaan lain
kepada perusahaan, untuk mendapatkan atau menaikkan kepentingan kepemilikan.
5.
Distribusi
Yaitu penurunan dalam aktiva bersih suatu perusahaan
tertentu yang dihasilkan dari transfer aktiva, penyerahan jasa atau terjadinya
kewajiban kepada pemilik.
6.
Penghasilan
komprehensif
Yaitu perubahan dalam ekuitas ( aktiva bersih ) suatu
entitas selama periode tertentu yang dihasilkan dari transaksi atau kegiatan
dengan pihak bukan pemilik.
7.
Pendapatan
Yaitu aliran masuk atau kenaikan aktiva atau penurunan
kewajiban suatu perusahaan ( atau kombinasi keduanya ) selama periode tertentu
yang timbul disebabkan oleh kegiatan produksi barang, pengiriman barang,
penyerahan jasa atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan pokok perusahaan.
8.
Biaya
Yaitu aliran keluar atau penurunan aktiva atau terjadinya
kewajiban suatu perusahaan ( atau kombinasi keduanya ) selama periode yang
timbul disebabkan oleh kegiatan produksi barang, pengiriman barang, penyerahan
jasa atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan pokok perusahaan.
9.
Keuntungan
Yaitu kenaikan dalam ekuitas dari kegiatan atau transaksi
perusahaan yang terjadi secara insindental atau dari semua kegiatan atau
kejadian dan kondisi lain yang mempengaruhi ekuitas selama periode waktu
tertentu, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
10. Kerugian
Yaitu penurunan dalam ekuitas dari kegiatan atau transaksi
perusahaan yang terjadi secara insindental atau dari semua kegiatan atau
kejadian dan kondisi lain yang mempengaruhi ekuitas selama periode waktu
tertentu, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
TINGKAT KETIGA : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Tingkat
ketiga kerangka konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk
mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini
menjelaskan apa, kapan, dan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus
diakui, diukur, dan dilaporkan oleh sistem akuntansi.
Asumsi-Asumsi Dasar.
Asumsi-asumsi menyediakan satu landasan bagi profesi
akuntansi. Jadi, asumsi dasar akuntansi adalah anggapan-anggapan yang digunakan
oleh para akuntan agar akuntansi dapat dipraktikkan.
a.
asumsi entitas ekonomi (economic
entity assumption). Akuntansi memandang bahwa perusahaan merupakan unit yang
berdiri sendiri dan terpisah dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan
(pemilik, kreditor, karyawan, dan lainnya).
b.
Kesinambungan (going concern).
Sebagian besar metode akuntansi di dasarkan pada asumsi kelangsungan hidup
yaitu perusahaan bisnis akan memiliki umur yang panjang.pengalaman mengindikasikan
bahwa, meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis, perusahaan dapat memiliki
kelangsungan hidup yang panjang
c.
Asumsi unit moneter ( monetary unit
assumption). Akuntansi menggunakan unit moneter sebagai alat pengukur suatu
obyek atau aktivitas perusahaan dan menganggap nilai uang adalah stabil dari
waktu ke waktu.
d.
Asumsi periodisitas (periodicity
assumption). Cara yang paling akurat untuk mengukur hasil operasi perusahaan
adalah dengan mengukurnya pada saat perusahaan tersebut di likuidasi. Namun,
pengambil keputusan tidak bisa menunggu selama itu untuk menerima informasi
semacam itu. Asumsi periodisitas (periodicity assumption) atau periode waktu
menyiratkan bahwa aktivitas ekonomi sebuah perusahaan dapat di pisahkan dalam
periode waktu artifisial periode waktu ini bervariasi, tetapi yang paling umum
yaitu secara bulanan, kuartalan dan tahunan
Prinsip-Prinsip
Dasar Akuntansi
a)
Biaya
historis (historical cost). GAAP mewajibkan sebagian besar aktiva dan kewajiban
diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Kos(cost) memiliki
keunggulan yang penting dibandingkan penilaian yang lainnya yaitu dapat
diandalkan.
b)
Pengakuan
pendapatan. Pendapatan umumnya diakui jika (1) telah direalisasi atau dapat
direalisasikan dan (2) telah dihasilkan.
c) Prinsip
Penandingan (matching principle).
Beban untuk suatu periode
ditentukan dengan mengaitkannya dengan pendapatan tertentu atau dengan periode
tertentu.. Beban diakui :
Ø Jika terdapat
hubungan langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau penyerahan
jasa,
Ø pada periode
terjadinya, yakni pada saat kas dikeluarkan jika tidak terdapat hub. Langsung
atau sebab akibat dengan penjualan produk atau jasa,
Ø Dengan alokasi
yang sistematis dan rasional, jika butir 1 dan 2 tidak terpenuhi. Contoh:
depresiasi.
d)
Prinsip
Pengungkapan Penuh (full disclosure principle)
Mengakui sifat
dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan trade
off penilaian, seperti :
·
Hal-hal
yang harus diungkapkan karena mempengaruhi keputusan pemakai
·
Kebutuhan
untuk menyajikan secara penuh agar informasi dapat dipahami.
Catatan atas laporan keuangan
umumnya ditujukan untuk memperkuat atau memperjelas pos-pos yang disajikan
dalam bagian utama laporan keuangan.
Contoh
Kerangka Konseptual
Kelebihan
dari Framework
Pertama
kelebihan dengan adanya framework akan lebih mempermudah memahami mekanisme
kerja dari sebuah applikasi. Ini tentunya akan sangat membantu proses
pengembangan system yang dilakukan secara team. Semua anggota di wajibkan untuk
memahami dari pola kerja framework tersebut selebihnya anggota team hanya
mempelajari proses bisnis yang di kehendaki oleh system untuk kemudian di
tuangkan kedalam framework tersebut. Dalam artian setiap orang harus mempunyai
metode yang sama dalam menyelesaikan applikasi tersebut.
Kedua
dengan memakai framework akan menghemat waktu pengerjaan suatu applikasi,
karena setiap anggota sudah memiliki sebuah acuan dalam menyelesaikan modul.
Dalam hal ini misalnya semakin banyak library yang ada semakin mempercepat
anggota untuk menemukan solusi karena tidak setiap anggota harus membuat Class
atau fungsi untuk kasus yang relatif sama.
Berikutnya
Team tidak akan di susahkan dengan adanya perputaran anggota dalam artian jika
ada anggota yang tidak bisa melanjutkan lagi pekerjaannya anggota yang lain
bisa meng-cover kekosongan tersebut. Bayangkan jika setiap modul yang
dikembangkan mempunyai logika yang berbeda tentunya akan memakan waktu yang
banyak untuk proses pemahan akan system tersebut.
Kesekian-kalinya
dengan adanya framework akan menjaga integritas dari modul-modul yang
dikembangkan. Tentunya hal ini juga tergantung dari metode yang dikembangkan
sendiri. framework hanya membantu dan memungkinkan/mempermudah proses
integrasi, tidak berarti dengan adanya framework system otomatis akan
ter-integrasi. Dan masih ada kelebihan-kelebihan lain yang dimiliki oleh
framework.
Kekurangan
Framework
Pemilihan framework yang salah
akan menjadi bencana.
Pemilihan
Framework
Ada beberapa hal yang harus di
pertimbangkan dalam memilih framework :
§
Pertama
Documentasi dari framework itu sendiri. Documentasi sangat penting adanya
mengingat pada umumnya tidak banyak orang/perusahaan yang membuat framework
sendiri dalam membuat applikasi. Nah maka dari itu kita akan sangat tergantung
dengan documentasi yang di sediakan oleh framework yang kita pilih.
§
Berikutnya
kesesuaian framework tersebut dengan applikasi apa yang hendak kita kembangkan.
Mengambil filosofi “tidak perlu membunuh nyamuk dengan meriam”. artinya
sebaiknya kita memilih framework dengan fasilitas yang pas dengan kebutuhan
kita.
§
Berikutnya
lagi perhatikan standar-standart framework yang ada, misalkan apakah framework
tersebut MVC, apakah framework tesebut mendukung versi sekian, apakah mendukung
templating dll. Semakin banyak hal yang di support oleh framework tersebut
semakin baik. Karena hal tersebut akan mempengaruhi kualitas dari software yang
dikembangkan.
§
Berikutnya,
adalah faktor kemudahan. Tentunya ini sangat tergantung dari sumberdaya yang
ada. Standart kemudahan sangat sulit di ukur karena ini berhubungan dengan
minat seseorang akan sesuatu. Namun melirik keatas berdasarkan documentasinya
kita bisa mengira2 pola kerja framework tersebut.